Pages

Sunday, May 31, 2009

dari LOVE..



Aku adalah kunang2

dalam gelap aku terbang

dalam gelap aku terang

dan jadikanlah kau senja

Kerna gelap kau ada

kerna gelap kau indah

aku hanyalah kunang2

dan kau hanyalah senja

dalam gelap kita berbagi

dalam gelap kita abadi



Saya rasakan puisi ini indah. Dari filem Love. Harap anda turut menggemarinya...=)



Sebuah kenangan..



Saya sendiri tidak pasti apa puncanya. Rasa resah, terluka, lemas, bingung dan berjauh hati. Segalanya bercampur dan membuncah dalam diri. Hari itu saya keluar sendiri. Entah bagaimana caranya, saya sendiri terlupa. Apa yang masih berlegar dalam kenangan, saya sudah ada di pusat membeli-belah Midvalley. Sendiri. Benarlah, ada kejadian-kejadian yang bisa begitu mudah terpadam dari memori namun tidak pada rasa.


Saya berasa begitu berani untuk kali pertama menyendiri di tengah kesibukan pusat membeli-belah yang besar itu. Saya sendiri ragu adakah benar saya bertindak begini, sedang ada tanggungjawab yang menanti saya mendepaninya. Seakan saya sengaja melarikan diri. Entah pada masalah, entah pada tanggungjawab. Seakan saya begitu pengecut untuk melaluinya. Lantas saya beraksi berani untuk bersendiri.


Saya melangkah ragu ke arah kaunter. Membeli tiket untuk menonton. Melangkah longlai dalam getar gementar. Ini kali ketiga saya menonton. Tapi pertama kali sendirian. Entah benar tindakan ini, saya sendiri terus ragu. Lucunya, saya tersilap panggung. Ah, entah kalut membaca nombor 6 terbalik. Tebal juga muka ditegur pekerja yang memeriksa. Sekali lagi saya ragu.


Seakan tidak ramai yang datang menonton waktu itu. Saya mencari tempat duduk. Saya ragu sekali lagi. Di sebelah saya ada seorang lelaki. Adakah patut saya duduk juga di situ atau duduk di mana-mana tempat kosong lainnya. Namun bimbang di hati andai ada yang dihuni. Sekali lagi ragu. Namun, saya duduk juga di situ. Sekali lagi berpura-pura selamba. Seakan begitu berani. Namun, resahnya Tuhan saja yang tahu.


Saya langsung tidak mempedulikan lelaki itu. Tayangan dimulakan. Saya terlalu menghayati. Sungguh, seakan hilang segala ragu menonton cerita yang begitu indah. Saya benar-benar menikmati tiap adegan dan babak yang berlangsung di atas layar besar itu. Dalam hati saya seakan berharap cerita itu tak mungkin berakhir.


Tiba-tiba tayangan terhenti. Layar itu gelap tiba-tiba. Lampu-lampu juga tidak terpasang. Seketika menanti, tertanya-tanya apa yang terjadi. Seorang pekerja panggung mampir, memaklumkan bekalan elektrik tiada. Saya sendiri tidak mengerti apakah perasaan waktu itu, kecewa sekali cerita yang indah itu terhenti tanpa akhirnya atau sekali lagi ragu pada tindakan diri. Lama saya diam terduduk dalam gelap panggung. Lelaki di sebelah saya berdiri dan keluar. Saya memerhati, sebelum turut menurut jejaknya. Saya menuju kaunter tikat, menerima wang penebusan.


Itulah kenangan. Berlaku setahun yang lalu. Cerita itu tajuknya ‘Love’ filem Indonesia arahan Kabir Bhatia yang diadaptasi dari filem ‘Cinta’. Jujurnya saya masih belum menonton habis filem ‘Cinta’. Tapi begitu teruja menikmati ‘Love’.


Setelah setahun, baru hari ini saya habis menonton ‘Love’. Tidak di panggung tapi sekadar dari komputer riba yang ceritanya saya salin dari cakera keras milik Along. Ya, pasti beza menonton di panggung yang punya layar gergasi berbanding monitor 14 inci komputer riba milik saya. Namun, saya masih dapat menghayati indahnya filem ini.


Apa ya yang indah? Saya suka pada babak dan adegan yang indah, romantis juga detail. Cukup menyentuh. Saya suka pada plot yang tersusun rapi dan seiring berjalan walau ada 5 citra berbeda yang terpapar. Saya suka pada pengarah yang pintar mengubah dan begitu kreatif meletakkan sudut pandangan kamera hingga gambar yang terakam begitu bermakna.Saya suka pada dialog dan jalan cerita yang puitis dan manis. Ya, saya suka sekali pada kisah cinta yang begitu rapi ditata untuk dihasilkan. Tidak hanya sekadar-sekadar . Juga pada muzik dan lagu latar yang sama sekali mempesona pendengaran. Lagi satu, sinematografinya cukup menggoda biar hanya di lorong buruk yang penuh lopak. Ah, kadang-kadang keindahan itu sesuatu yang bisa dicipta walau dengan sampah andai kita ada usaha menciptanya.


Itulah yang indah yang saya suka. Harap saya filem yang indah sebegini bisa tercipta lagi. Cuma, saya tidak begitu gemar cinta diangkat tinggi menjulang. Sehingga kita terlupa ada Tuhan yang lebih tinggi. Ah, teknik, cerita dan ayat memang hampir sempurna. Tapi, apa saja yang sempurna di dunia fana?



Love




Apa yang kita ingat dari kenangan2 yang terekam oleh kita

Nama tempat

Nama permainan

Nama teman

Atau kejadian

Adalah hal2 yang mungkin lambat laun bisa terlupa

Tapi... tidak dengan rasa


Rasa senang

Rasa sedih

Yang akan terus kita bawa

Tanpa mudah tercacar di sepanjang perjalanan kita


Dan semakin kita dewasa

Kita akan menyedari

Bahawa di antara kenangan2 tersebut

Ada satu rasa yang paling besar

Iaitu..CINTA


Kerna

Ketika satu persatu cerita berhenti dan menjadi kenangan

Cinta terus bergerak

Seiring harapan yang menyertai dia

Cinta yang tak terlihat oleh mata

Tak teraba oleh tangan

Tapi dia ada

Bahkan sejak kita belum bisa mengucapkannya


Cinta yang sejati

Cinta yang ketika kita kira sudah pergi

Ternyata cuma bersembunyi

Menunggu untuk kembali lagi



young and dangerous





His name is Chan Ho Nam. He is a guy who join the ‘kongsi gelap’, i dont know to pronounce it in english. Frankly to say, i like him. He is famous in Hung Hin Group, become the Causeway Bay branch leader at a young age. Famous by his brave, loyal to friends and a lot of fellows including his handsome face. Not easy to be a gangsters, but he is such a loyal person and trying so hard to not hurt people. Sometime regret to choose such a way. Oh, how could in reality there is such warm-hearted rascal like him!


I cant believe to i just give a lot of compliment to a ‘bad guy’. Actually, i should praise the Andrew Lau the director of 7 series of Young and Dangerous. A film about gang in Hong Kong. How could the dark world could be such commercial value. I thought it could be a culture in Hong Kong for having a gang because it easily attract the crowd with 7 movies. Just like ‘mat rempit’ or ‘bohsia’ in Malaysia. What a comparison here!


Always, making film to educate people, show people the truth of society. Yeah, thats the true! So what? I wont deny how much i love to watch this movie. The story line, action, drama, everything keep me watch to the end the seventh, the prekuel. But, im asking myself right now, what i learn? Dream to be a part of this undergroundworld? Feel exciting to make it real. Or realize how dark the future to fell in such dark situation? And try so hard to avoid it. I wont deny, i choose the first one. Believe me, whoever enjoy this film are eager to try it! Only i dont have the chance. Or i should say how grateful i dont have the chance!


May be we will the dream, how nice to feel the adventure of gangs life and did a good deeds and also become the hero, such like Ho Nam Taiko. But, we are not Ho Nam. Nobody could be like him. He just an imaginary character to show the white side of this black hole. To give such a value, whoever we are, we still can turn to nice guy. Yeah, the only realistic thing we could take here is be a nice person in whatever situation you are in, it should be an happy ending story there.


I love Hong Kong movies, whether its about cops or criminals. I just love how good they made their film. Till i can say i like it more than hollymood made. Frankly, this stuffs which came from east always impress me much more than from the west. May be because i’m an oriental. I just want learn how eastern making film but not took how they copy the dark value from hollywood.


I will watch all i want. But, its doesnt mean when there is a compliment its all that good. Believe me, more praise to give just to make it better....